Sulit untuk menjawab pertanyaan seperti itu secara komprehensif dan pragmatis. Akan tetapi, kita bisa memahaminya, di mana cara setiap paus terpilih secara berurutan.

Kepala Gereja Katolik yang pertama adalah Santo Petrus, yang dilembagakan oleh Yesus. Dia mengatakan kepada Petrus sebagai berikut: "Engkau adalah Petrus, yaitu batu karang, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gerejadan alam maut tidak akan menguasainya". Pada masa-masa awal, Gereja bukanlah sebuah institusi yang besar seperti sekarang ini, dengan jutaan orang percaya di seluruh dunia, tetapi merupakan sebuah kelompok keuskupan yang dipimpin oleh para murid Yesus dan para penerusnya. Seiring berjalannya waktu, ketika Gereja bertumbuh dengan lebih banyak orang percaya, lebih banyak pemimpin rohani harus dipilih untuk menyatukan semua kelompok dan memastikan kesatuan iman.

Saat ini, paus dipilih dari antara para kardinal dalam sebuah konklaf. Setelah pemungutan suara secara rahasia oleh para klerus, suara dihitung dan kemudian hasil pemilihan diumumkan ke seluruh dunia. Jika asap hitam mengepul dari cerobong asap, berarti paus belum terpilih. Jika berwarna putih, itu berarti frasa terkenal 'habemus papam' akan segera terdengar. Inilah yang terjadi pada tanggal 16 Oktober 1978, ketika kepala Gereja yang baru di dunia, Yohanes Paulus II, terpilih. Jadi mengapa Karol Wojtyla menjadi Paus? Karena itulah yang diputuskan oleh Kolese Kardinal, dengan bantuan Roh Kudus, selama konklaf tahun 1978.